Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Melihat Sepak Terjang Micin: Bumbu Masak Sejuta Umat yang Penuh Kontroversi 12 Maret 2022

Benarkah Micin Bisa Bikin Bodoh?
sumber foto : SOLOPOS.COM - Ilustrasi MSG (Freepik).

 

wonglor.kozow.com

Halo GanSis selamat beraktifitas dan semoga setiap aktifitas yang anda lakukan dapat terlaksana dengan baik ya. Kali ini TS ingin sedikit berbagi tentang sejarah Micin yang penuh kontroversi. Micin atau Monosodium Glutomate (MSG) merupakan bumbu masakan yang dapat menambah cita rasa makanan agar lebih nikmat dan gurih dua kali lipat atau jika orang Jepang menyebutnya Umami. Bumbu sejuta umat ini tak lepas dari makanan yang kita santap setiap hari. Meski begitu, kehadiran micin juga menuai kontroversi karena sering dikaitkan dengan bumbu masakan yang bisa membuat orang yang memakan bumbu ini menjadi "kurang pintar/bodoh", jika terlalu sering mengonsumsi micin. Nah, kali ini TS akan membahas secara garis besar aksi-aksi sejarah Micin ini.


Sebagai bumbu masakan, micin dikenal karena kemampuannya membuat makanan apapun terasa lebih enak dan gurih dari biasanya. Saking ajaibnya bumbu ini, micin sering diasosiasikan sebagai bumbu masakan yang bisa membuat orang “bodoh”. Jika dikonsumsi terus menerus. Namun, sudah menjadi rahasia umum bahwa hampir semua jenis makanan yang kita konsumsi saat ini mengandung micin. Jadi, apa sebenarnya micin ini? dan pasti ada pertanyaan juga bagaimana dan siapa orang pertama yang membuat micin dan memutuskan untuk menggunakannya dalam makanan?. Salah satu nama yang bertanggung jawab atas keberadaan bumbu micin ini di dunia kuliner saat ini adalah Kikunee Ikeda. Ilmuwan Jepang ini merupakan sosok yang berperan besar dalam penciptaan micin atau yang memiliki nama ilmiah Monosodium Glumate.


Kreasinya berawal dari eksperimen Ikeda dengan dashi atau yang kita kenal dengan saus berbahan dasar rumput laut, yang menurut Ikeda sendiri memiliki rasa yang sangat kuat dan enak. Eksperimen Ikeda dengan dashi ini adalah mengukusnya selama berhari-hari. Ini kemudian menghasilkan biji kristal. Setelah melalui berbagai percobaan, biji kristal ini kemudian disulap menjadi MSG yang kita kenal sekarang. Menyadari potensi manfaat yang dihasilkan dari temuannya, Ikeda kemudian memproduksi MSG secara massal dan mematenkan penggunaan micin yang kemudian populer dan disebarluaskan ke berbagai juri di seluruh dunia, termasuk Indonesia.


Masuknya micin sendiri ke Indonesia merupakan salah satu dampak dari pendudukan tentara Jepang di Indonesia pada tahun 1942-1945 silam. Micin dengan mudah mempengaruhi dunia kuliner Indonesia. Meski Jepang sudah lama meninggalkan Indonesia, pengaruh micin tidak bisa dihilangkan. Bahkan, ketika Ajinomoto melebarkan bisnisnya ke Indonesia dengan membuka pabrik cabang di beberapa negara pada tahun 1960-an, Indonesia menjadi salah satu negara cabang bisnis micin Ajinomoto yang terus berkembang dan bertahan hingga saat ini dan menjadi bumbu favorit ibu rumah tangga di Indonesia. . Menjadi produk masakan populer tidak serta merta membuat micin bersih dari kontroversi. Pada tahun 1968, sebuah artikel dari dr. Robert Ho Man Kwok dari Maryland, Amerika Serikat memojokkan keberadaan micin. Artikel yang berjudul The Chinese-Restaurant Syndrome, menyebutkan bahwa setiap kali penulis (dr. Robert Ho) selesai makan di sebuah restoran Cina, ia akan merasakan mati rasa di bagian belakang lehernya yang kemudian menjalar ke tangan dan punggungnya.



Setelah artikel ini ramai diperbincangkan, banyak pihak, baik produsen makanan maupun restoran, meminta untuk meminimalkan penggunaan MSG dalam makanannya. Berbagai forum diskusi dan penelitian terkait bahaya micin juga terus dilakukan. Namun, belum ada penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa micin adalah bahan masakan yang berbahaya. Terlepas dari kontroversi The Chinese Restaurant Syndrome, nyatanya popularitas micin sebagai bumbu masakan ajaib serbaguna tetap bertahan hingga hari ini. Suka tidak suka, penemuan micin oleh Ikeda telah menciptakan budaya baru di dunia kuliner. Orang-orang menjadi lebih suka menggunakan bumbu instan daripada bumbu alami. Meski menuai kontroversi, sebenarnya penggunaan micin sebagai pelengkap bumbu masakan sebenarnya sah-sah saja, namun perlu juga diperhatikan bahwa konsumsi micin secara berlebihan tentu saja tidak akan berdampak baik bagi kesehatan.

Posting Komentar untuk "Melihat Sepak Terjang Micin: Bumbu Masak Sejuta Umat yang Penuh Kontroversi 12 Maret 2022"